Miris, 15 Anak di Dogiyai Meninggal karena Campak

Foto anak yang sakit campak: Foto: Yeskiel Belau

Papuareview.com – Miris, sebanyak 83 anak di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, mengalami campak dan 15 di antara mereka meninggal dunia.

“Sebanyak 83 alami campak dan 15 anak di antaranya meninggal. Ini adalah data sementara, jumlah itu bisa jadi bertambah karena ada wilayah lain yang belum dicek dan fasilitas kesehatan dan tenaga medis kurang di sini,” kata Pastor Paroki Kristus Penebus Timeepa, Yeskiel Belau dalam keterangannya kepada media ini.

Belau menjelaskan, data resmi Paroki menunjukkan bahwa kasus mencatat 49 kasus campak terjadi di Timeepa, 15 kasus di Stasi Degadai, 10 kasus di Stasi Ponaige, dan sembilan kasus di Kuasi Paroki Deneiode.

Sementara itu, untuk data anak yang meninggal dunia karena campak di Timeepa sebanyak empat anak, lima anak di Stasi Degadai, dua anak di Stasi Ponaige, dan dua anak di Deneiode.

Kematian empat anak di Timeepa itu terjadi dalam satu hari saja, yaitu Kamis pagi (02/03), kata Pastor Yeskiel.

“Akibat diserang penyakit serampa itu, lalu semangat makan berkurang. Akhirnya badan kurus hingga meninggal,” kata dia.
Pastor Yaskiel menjelaskan, awalnya ia mendapat informasi tentang anak-anak yang terkena campak sejak 13 Februari saat dia berada di Epouto, Paniai, Papua Tengah.

Dia mendapatkan kabar itu dari seseorang bernama Ernes Pugiye, yang ternyata sudah membuat daftar anak-anak yang sudah meninggal dan yang sedang sakit.

Setelah kembali dari Paniai, Pastor Yeskiel langsung mengonfirmasi kabar tersebut dengan mengunjungi Stasi Degadai, Stasi Ponaige, dan Kuasi Paroki Deneiode. Dia mengatakan: ”Ternyata benar banyak umat yang sakit, terutama balita”.

Dinas Kesehatan Kabupaten Dogiyai mengatakan PJ Bupati Dogiyai Petrus Agapa sudah menyerahkan vitamin A, vaksin untuk imunisasi, dan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk anak yang menderita kurang gizi dan sudah jalankan imunisasi, pemberian vitamin, dan PMT.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi sebagaimana dikutip CNN Indonesia mengatakan “belum ada laporan” terkait kasus tersebut. Per Januari lalu, Kemenkes melaporkan 12 provinsi mengeluarkan penyataan kejadian luar biasa (KLB) campak. Salah satu di antaranya adalah Kabupaten Mimika, Papua Tengah. (HI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *